Jumat, 10 Agustus 2018

CINTA? YAKIN?

"Din, Din, tau gak sih semalem dia bales komentarku di instagramnya cobaaaaa"
"Din, Din, masa tadi dia lewat senyumin aku sih? Kan jadinya baper"
"Din, Din, kayaknya Kak Bagas beneran ikutan kajian Ustadz itu jugakkk! Aku mau ikut juga ah."


Kira-kira seperti itulah ya mungkin curhatan temen-temen di sekitar kita kalo lagi jatuh cinta. Dibales komennya seneng. Disenyumin sudah tambah mabuk kepayang. Bukannya biarin takdir yg bicara dengan mempertemukan tanpa sengaja, eh malah maksa banget biar ketemu, atau lihat, atau seenggaknya papasan di jalan 😁😁 Maksa abis deh pokoknya!!

Nah buat kita yang juga pernah ngerasain gimana rasanya jatuh cinta pasti juga tau lah sedikit banyak tentang debarannya. Berdegup-degup kalo kata pujangga bilang, duuuuhhh 😃. Dia ketawa kita ikutan nyengir, dia terdiam kita perhatikan, bahkan kalaupun dia jatuh kesandung batu di hadapan kita mungkin kita bakalan ngira ada pangeran jatuh dari khayangan. Padahal sih, si dia emang jatuh beneran  nyemplung got, basah kuyup bau lagi,bagi kita? Aduh, tetap seperti minyak kasturi! Wangi abis!

Emang beneran perasaan kita ke dia  bakal wangi kasturi mulu? Yakin? Beneran nih?

Yuk ngobrol, sebenernya nih ya, sebenernya perasaan kita yang sedemikian rupa dan semakin tidak terkendali lalu berubah menjadi ambisi memiliki, gak sepenuhnya bener lho. Gak sepenuhnya baik.

Perasaan yang kita miliki itu  ya sebenernya masih bisa kalian-kalian semua kontrol. Kontrolnya gimana? Yaudah di kontrol aja, bilang ke hati sendiri "Saya sudah gak suka lagi titik". Nah coba aja, lama-lama kita bakalan tersugesti dengan hal tersebut. Cuman sayangnya komentar-komentar yang muncul kemudian adalah,
"Ih siapa bilangg, susah tau menerapkan perkataan itu kalo hubungannya udah sama hati."
"Apaan sih. Emang gampang? Kan aku udah cinta dia."
 Nah akibat dari sugesti bahwa "tidak bisa" itulah yang menyebabkan kalian tetep betah-betah aja dengan perasaan itu sendiri. Betah-betah aja memupuknya, padahal kalian tau banget gimana gak enaknya. Perasaan yang awal mulanya kecil kalian besar-besarkan dengan sendirinya.

Akibat perasaan itu, seolah-olah kalian paham bener hakikat cinta sambil bilang , "aku cinta dia pada pandangan pertama." Ah lebay. Kemudian kuntumnya kalian suburkan dengan air menjadi bunga-bunga pemahaman lain semacam pemahaman cinta itu pacaran. Cinta itu jadian. Cinta itu berduaan. Cinta itu makan bareng. Nonton bareng. Dangkal banget yakan? Karena saat udah gak ada prosesi makan nonton dan segala hal yang bareng lagi, berarti cintanya bubar. Kalo tidak membersamai lagi berarti cintanya pudar. Kalo dia saja sudah tidak peduli dan meninggalkan, berarti perlu dibalas dengan tidak peduli dan meninggalkan pula. Dangkal banget cuy! Ditambah lagi dengan bumbu cinta itu kalau dia jadi milik saya! Duh egois! Padahal Allah bilang apa hayoh? Semua yg di dunia ini punyanya Allah kan? Terus kenapa kalian ngaku-ngaku?

Terus kalo cinta yang kalian gambarkan  sedangkal itu, bagaimana selama ini kalian mendefinisikan cinta Allah ke kalian? Bagaimana selama ini kalian menerjemahkan perasaan Allah ke kalian? Kalau nyatanya kalian sering meninggalkan Allah, jauh dari Allah, Allah tetap cinta dan peduli. Kalau nyatanya dalam setiap sesi nonton dan makan bareng kalian gak pernah inget dan sebut kebesaran Allah, Allah tetap sayang sama kalian. Kalau nyatanya Allah gak pernah minta kado ke kalian--gak kayak dia--, tapi kalian disuruh setahun sekali menyembelih hewan kurban aja males banget namun Allah tetap kasih banyak nikmat.

My dear, kalian salah sekali dalam mendefinisikan makna cinta selama ini. Terlalu jahat jika cinta seperti, kesayanganku. Cinta tidak sedangkal itu. Cinta sejati seharusnya abadi, Sayang. Mencintai dengan terus-menerus. Kontinyu.


Amat sayangnya, seluruh hal di dunia ini memang tidak ada yang abadi. Semuanya fana. Cinta yang dangkal itu juga fana. Lalu bagaimana kefanaan itu tetap dapat terkontrol untuk melaju terus menuju keabadian nanti? Caranya dengan menggantungkan seluruh cinta yg fana tersebut kepada pemiliki segala cinta. Yang Maha Cinta. Maka semoga cinta kita yang fana tersebut tetap dapat dituntun menuju cinta abadi sebenarnya. Mendekatlah kepada Rabbmu yang Maha Cinta,My dear. Kau akan dapati seseorang dengan misi yang sama yaitu mencintai Rabbnya. Mendekatlah kepada Maha memiliki perasaan, My Honey. Maka bukan hanya manisnya ego yang kalian dapatkan tapi manisnya iman keyakinan akan suatu cinta yang utuh dan tulus. Semoga kemudian kalian semakin memahami hakikat cinta dengan menuruti Sang Maha Cinta yang sungguh sangat pecinta.


💓💓💓


Tidak ada komentar:

Posting Komentar